Tuesday 18 October 2011

Masjid Agung Solo

Masjid Agung Solo

Masjid Agung Solo
Hampir di setiap kota besar di Indonesia terdapat bangunan monumental yang menjadi tanda kekuasaan dan keberhasilan institusi pemerintahan saat itu. Bangunan-bangunan tersebut dapat berupa istana sebagai pusat pemerintahan, sarana ibadah, tugu, dan fasilitas publik yang lainnya. Salah satu fasilitas publik yang paling banyak berdiri adalah masjid, demikian juga di kota Surakarta di mana berdiri Masjid Agung Surakarta.

Menurut Basit Adnan (1996: 12) dan Eko Budihardjo (1989:63) masjid ini didirikan pada tahun 1757 tepat 12 tahun setelah peristiwa dipindahnya Kraton Kasunanan Surakarta dari Kartasura ke wilayah desa Sala pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwana III. Masjid ini dibangun sebagai fasilitas publik yang melengkapi Istana Kasunanan Surakarta. Beberapa perubahan sempat terjadi terhadap fisik bangunan, tetapi secara umum masjid ini masih dalam kondisi yang terawat hingga masa sekarang.Sebagai bagaian dari aset kerajaan, masjid ini pada awalnya dikelola khusus oleh pejabat kraton yang bergelar KRTP (Kanjeng Raden Tumenggung Pengulu Tafsiranom ) yang diangkat oleh Raja dan secara struktural berada di bawahnya. Semua pengelolaan masjid termasuk diantaranya gaji pengelola ditanggung oleh raja. Hal demikian terjadi karena sebagai wujud dari keberadaan raja yang juga bergelar Sayidin Panatagama Kalifatullah atau Kalifatullah Pengatur Bidang Keagamaan (Basit Adnan, 1996:5) . Sampai saat masa pemerintahan diambil alih oleh pemerintah RI di masa kemerdekaan, masjid ini masih dikelola oleh KRTP Tafsiranom hingga generasi KRTP Tafsiranom VI.
Masjid Agung Solo

Masjid ini terletak di sebelah barat alun-alun utara. Di sebelah selatannya berdiri pasar Klewer dan di sisi lainnya terdapat perkampungan penduduk. Pagar tinggi dibangun mengelilingi masjid ini dengan pintu gerbang di depan dan dua pintu samping kanan dan kiri. Bangunan masjid dibuat secara berurut dengan pembedaan tinggi lantai dan keluasannya yaitu: teras, serambi, ruang utama. Secara umum bentuk yang muncul adalah wujud arsitektur Jawa dengan beberapa komponen finishing yang terpengaruh oleh arsitektur Barat (Eropa) misalnya pada kolom terasnya. Bentuk denah ruang utama adalah persegi empat dengan sisi yang hampir sama dengan 4 (empat ) soko guru berbentuk silinder yang mempunyai 12 penanggap. Blandar dibuat secar polos dengan hiasan saton pada plafonnya. Di sayap kiri dari ruang utama terdapat pawestren yang dipisah atau disekat dengan dinding permanen dari batu bata. Sedangkan di sayap kanan terdapat ruang untuk aktifitas keagamaan yang lain.

Bahagian dalam masjid agung Solo


Pada ruang serambi, teradapat 40 buah tiang dengan hiasan tradisional putri mirong, dan kaligrafi. Sedangkan di teras bawah terdapat 20 tiang batu bata yang dibuat dengan bentuk doric dan kearah depah disambung dengan tratag rambat yang berbentuk kuncung. Akses hubungan dari masing-masing ruang disediakan tangga antara serambi bawah dan serambi utama. Sedangkan dari serambi utama ke ruang sholat utama terdapat pintu berjumlah 7 buah. Motif flora fauna diterapkan pada 3 pintu utama di tengah, 2 bermotif flora dan sisanya 2 pintu dibuat polos. Secara keseluruhan finishing ruang dominan dengan warna biru laut yang diterapkan pada bagian-bagian yang terbuat dari kayu.

Lawang Sewu

Lawang Sewu (Pusat Kota Semarang)

Lawang SewuLawang Sewu, yang berarti seribu pintu, adalah nama sebuah bangunan warisan kolonial yang terletak di sekitar bundaran Tugu Muda, pusat kota Semarang. Saya pasti telah pernah melewati gedung Lawang Sewu pada beberapa kunjungan ke kota Semarang sebelumnya, dan banyak blog telah bercerita tentangnya, namun baru beberapa waktu lalu saya tahu keberadaan Lawang Sewu dan punya kesempatan pergi berkunjung ke gedung Lawang Sewu ini ditemani oleh Senja.
Hanya ada sebuah meja tua di pintu masuk bangunan Lawang Sewu itu, dengan seorang pria yang menungguinya yang kemudian menjadi pemandu jalan. Saya tidak bertanya berapa karcis masuknya, namun ketika meletakkan lembaran Rp.20.000 di atas meja saya tidak menerima uang kembalian.
Lawang Sewu dibangun pada tahun 1903 dan diresmikan pada 1 Juli 1907, berdasarkan rancangan arsitektur yang dibuat oleh Klinkkaner dan Quendaag. Pada tahun 1920, bangunan ini dipakai sebagai kantor pusat Nederlandsch Indische Spoor-weg Maatschapij (NIS), maskapai kereta api pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1864.

Setelah kemerdekaan, bangunan Lawang Sewu ini digunakan oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI, sekarang PT Kereta Api Indonesia), kemudian beralih menjadi markas Kodam IV/Diponegoro, dan akhirnya sebagai kantor Kementrian Perhubungan.

Selama perang 5-hari di Semarang, dari 14-18 Agustus 1945, Lawang Sewu dan daerah di selelilingnya merupakan pusat pertempuran antara para pejuang Indonesia dengan balatentara pendudukan Kekaisaran Jepang. Konon banyak para pejuang yang disiksa sampai mati di lorong bawah tanah di dalam bangunan itu. Lima diantara pejuang Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) yang gugur dimakamkan di halaman depan Lawang Sewu, yaitu Noersam, Roesman, RM Moenardi, RM Soetardjo dan Salamoen, dan dibuat tengara di sebelah kiri pintu masuk bertuliskan nama para pejuang yang gugur.
Lawang Sewu
Pintu masuk Lawang Sewu.
Lawang Sewu
Pemandangan dari lantai dua Lawang Sewu ke arah pintu masuk di bagian bawah. Semoga anda bisa melihat tulisan pada dinding yang menunjukkan kaitan gedung Lawang Sewu ini dengan satuan militer.
Lawang Sewu
Salah satu lukisan kaca di Lawang Sewu dari foto sebelumnya.
Lawang Sewu
Sebuah pemandangan dari balkon Lawang Sewu ke arah Tugu Muda. Bangunan di sebelah kiri adalah museum tentara yang sayangnya tutup pada hari Minggu.
Lawang Sewu
Lorong dengan sebagian dari pintu seribu di Lawang Sewu itu.
Lawang Sewu
Lawang Sewu dari sudut pandang yang lain.
Lawang Sewu
Sel-sel tahanan bawah tanah Lawang Sewu. Pengunjung perlu menyewa sepatu dan membayar pemandu untuk menyusuri lorong yang digenangi air setinggi betis ini.
Lawang Sewu
Jika saja tidak ada pemandu jalan, sepertinya akan ada rasa segan untuk menyusuri lorong bawah tanah Lawang Sewu ini, meski ditemani lampu senter sekali pun.
Lawang Sewu
Foto Lawang Sewu di atas diperoleh dengan bantuan Senja, karena ia menurunkan dan lalu menjemput saya lagi, tepat sebelum lampu merah.
Lawang Sewu
Lawang sewu adalah satu dari sekian banyak tempat menarik di Kota Semarang, yang seringkali terlewatkan karena minimnya informasi yang tersedia di tempat-tempat yang biasa dikunjungi pendatang, seperti di hotel dan restoran, serta bandara. Informasi saja tentu tidak mencukupi, namun perlu dibarengi dengan pengelolaan tempat wisata yang baik sehingga pengunjung terdorong untuk membelanjakan uangnya, yang tentunya akan menguntungkan bagi peningkatan penghasilan masyarakat sekitar. Kepuasan pengunjung pada gilirannya juga akan menjadi bahan promosi yang sangat baik bagi tempat-tempat wisata itu.

Lawang Sewu

 Ujung Jalan Pemuda, di sekitar bundaran Tugu Muda,

pusat Kota Semarang.

Bergambar di hadapan Lawang Swu, Semarang


Lihat peta Lawang Sewu dalam ukuran besar

Kota Solo

 Kota Solo Indonesia
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan Pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan laut. Dengan luas sekitar 44 km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45' 15" - 110 45' 35"

Bujur Timur dan 70' 36" - 70' 56" Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangannya.

Kota Surakarta (Solo)

Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

Batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sedang batas wilayah Selatan adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah kecamatan, yaitu Banjarsari, Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon dan Jebres.
Bandar Solo

Suhu udara maksimum Kota Surakarta adatah 32,5 derajat Celcius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajat Celcius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembapan udara 75%. Kecepatan angin 4 knot dengan arah angin 240 derajat. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau sepanjang 6 bulan tiap tahunnya.







Peserta

Tiket Peserta

Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Semarang / Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)
Masjid Agung Semarang


Masjid Agung Semarang / Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)
Pandangan atas Masjid Aung Semarang

Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Arab dan Yunani. Di bangunan sayap kanan terdapat Convention Hall atau auditorium yang mampu menampung 2000 jamaah, sedang disayap kiri dipersiapkan utnuk perpustakaan yang nantinya di desain menjadi perpustakaan modern (digital library); serta ruang perkantoran yang disewakan.


Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamarberbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas.

Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna atau Al Husna Tower yang tingginya 99 Meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio DaIs (Dakwah Islam). Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Di lantai 19 yaitu untukmenara pandang dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat kota Semarang.

Pada awal Ramadhan 1427 H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat Rukyatul Hilal yang dilihat oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan menggunakan teropong canggih dari Boscha
Di pintu hadapan Masjid Agung Jawa Tengah

Untuk keperluan ibadah, masjid berarsitektur perpaduan universal dan lokal itu mampu menampung 10 ribu jemaah. Di dalam kompleks masjid terdapat wisma penginapan dengan 23 kamar dalam berbagai kelas. Penyediaan wisma ini bertujuan memberikan fasilitas penginapan bagi para peziarah atau wisatawan religi yang ingin bermalam di MAJT.

Video Masjid Agung Semarang
Bagi yang ingin berekreasi, MAJT juga menyediakan beberapa fasilitas hiburan, seperti arena bermain dan kereta kelinci yang akan membawa pengunjung mengitari kompleks masjid.


Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang dibangun pada tahun 2001 sampai dengan 2006 ini berada di kawasan Semarang Timur, tepatnya berlokasi di Jalan Gajah Semarang. Masjid yang megah dan spektakuler ini berdiri di atas lahan 10 hektare dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap, seperti convention hall (auditorium), souvenir shop, pujasera, gedung perkantoran, perpustakaan, dan menara pandang.
Masjid  dibangun kurang lebih lima tahun masa pembangunan ini adalah berangkat dari idealisme dan cita-cita yang paling utama yaitu Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) mampu menjadi pengendali kehidupan sosial ekonomi yang cenderung mengedepankan keduniawian. Secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar 198.692.340.000 rupiah.

Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tang 14 Nopember 2006 dengan menekan tombol sirine dan penandatanganan replika prasasti.



Sedangkan prasati yang asli sudah dipasang secara permanen di halaman depan masuk Masjid setinggi 3,2 meterdengan berat 7,8 ton, adalah batu alam yang diambil dari lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jateng.

Prasasti ini dipahat Nyoman M. Alim yang juga dipercaya membuat miniatur candi Borobudur yang ditempatkan di Minimundus Vienna Austria pada tahun 2001.



Masjid Agung Jawa Tengah dibangun di areal seluas kurang lebih 10 hektar, dengan luas bangunan induk seluas 7.669M2, dan mampu menampung 6000 jamaah.

Pintu hadapan Masjid Agung Jawa Tengah

Sedang pelatarannya seluas 7500 M2 dilengkapi 6 payung raksasa yangbisa membuka dan menutup secara otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi di kota Madinah, mampu untuk menampung 10 ribu jamaah.
Bergambar beramai-ramai mdi Masjid Agung Jawa Tengah

Sunday 16 October 2011

Demak

Demak





Sejarah Masjid Demak

Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak.

Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor),sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.

Masjid Agung Demak

 


Keistimewaan

 

Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.

Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya:iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.
Bergambar di hadapan Masjid Agung Demak
Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah.
Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreativitas masyarakat pada saat itu. Di samping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.
Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.
Di hadapan Muzium Agung Demak

Di lingkungan Masjid Agung Demak ini terdapat sejumlah benda-benda peninggalan bersejarah, seperti Saka Tatal, Dhampar Kencana, Saka Majapahit, dan Maksurah. Di samping itu, di lingkungan masjid juga terdapat komplek makam sultan-sultan Demak dan para abdinya, yang terbagi atas empat bagian:
  • akam Kasepuhan, yang terdiri atas 18 makam, antara lain makam Sultan Demak I (Raden Fatah) beserta istri-istri dan putra-putranya, yaitu Sultan Demak II (Raden Pati Unus) dan Pangeran Sedo Lepen (Raden Surowiyoto), serta makam putra Raden Fatah, Adipati Terung (Raden Husain).
  • Makam Kaneman, yang terdiri atas 24 makam, antara lain makam Sultan Demak III (Raden Trenggono), makam istrinya, dan makam putranya, Sunan Prawoto (Raden Hariyo Bagus Mukmin).
  • Makam di sebelah barat Lasepuhan dan Kaneman, yang terdiri atas makam Pangeran Arya Penangsang, Pangeran Jipang, Pangeran Arya Jenar, Pangeran Jaran Panoleh.
  • Makam lainnya, seperti makam Syekh Maulana Maghribi, Pangeran Benowo, dan Singo Yudo.



Selayang Pandang

 

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.
Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, masjid ini dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478, ketika Raden Fatah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap. Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang memimpin membuat soko guru di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan Gunungjati membuat soko guru di sebelah barat daya.



Itinerari


Lawatan Medan

ITINERARI  YOGJAKARTA-SEMARANG- SURAKARTA (SOLO) INDONESIA



5 Hari 4 Malam

AIR ASIA : KUL/JOG by AK 1324 0700/0830 & SOC/KUL by AK 1337 1240/1600

HARI PERTAMA
25/11/2011 (Jumaat)

LCCT Kuala Lumpur ke Yogjakarta ( Adisucpito International Airport of Jogja)
Peta Yogjakarta

  • Melawat ke tempat-tempat menarik
  • Batik making process & Silversmith at Kota Gede
  • Keraton Yogyakarta
  • Masjid
  • Makan tengahari di  Restoran Tempatan- Kota Gede
  • Menginap di Hotel Ibis Maliboro Yogjakarta ( 4 bintang)
  • Omah Mode, Coamo Factiry Outlets
  • Dagadu Centre
  • Membeli belah di Bakpia
  • Jalan Malioboro
  • Makan malan di Restoran Tempatan Masakan Jawa  (Kota Gede)
Peta Yogjakarta


 Ibis Maliboro  Hotel, Yogyakarta
Hotel Ibis, Maliboro, Yogyakarta



HARI KEDUA
26/11/2011 (Sabtu):Yogjakarta-Semarang-Lawatan ( B,L,D )

  • Sarapan pagi di Hotel Ibis Maliboro Yogjakarta
  • Check out hotel.
  • Bertolak dari Yogyakarta ke Semarang- 3 jam 30 minit yang jauhnya kira-kira 120 km dari bandaraya Yogyakarta.
  • Lawatan ke tempat-tempat menarik 
  • Lawatan ke  Jamu Nyonya  Meneer, Semarang
  • Masjid Agung Jawa Tengah
  • Lawatan ke Lawang Sewu (Peningalan sejarah)
  • Membeli belah di sekitar bandaraya Semarang
  • Check-in  di Hotel Horison Semarang (4 bintang)
  • Makan  malam di  Restoran Sederhana (Masakan Padang)
Peta Semarang

Horison Hotel, Semarang

Di hadapan pintu masuk Horison Hotel


HARI KETIGA
27/11/2011- Ahad: Jejak Demak-Surodadi ( B,L,D )


  • Sarapan pagi di Hotel Horison Semarang.
  • Lawatan Jejak Demak ke  Surodadi , Gajah, Demak, Jawa Tengah- 1 jam perjalanan dari Semarang ke Pekan Gajah
  • Lawatan ke Desa Surodadi , Gajah, Demak.
  • Melawat ke Masjid Agung Demak (Masjid tertua dengan peninggalan sejarah)
  • Bertolak ke Solo melalui Salahtiga
  • Lawatan ke ladang kopi dalam perjalanan ke Solo
  • Makan mal;am di  Restoran tempatan (Salahtiga)
  • Check in di Hotel Western Premier Solo , Surakarta (Solo - 4 Bintang)

Western Hotel,  Surakarta (Solo)

Bahagian hadapan Best Western Premier Hotel


Best Western Premier Hotel, Solo (Surakarta)


HARI KEEMPAT
28/11/2011-Isnin : Lawatan  Sekitar Bandaraya Solo (B,L,D)


  • Sarapan pagi di Hotel Western Premier ,Solo (Surakarta)
  • Lawatan Mangkunegaran Palace dan membeli belah.
  • Makan tengahari di restoran tempatan
  • Lawatan ke Masjid Agung Solo
  • Pasar Klewe, Solo
  • Pasar Triwindu Antique(Barang-barang antik)
  • Makan malam di Restoran  Tempatan ( Restoran Sederhana masakan nasi padang)
  • Menginap di Hotel Western Premier, Solo (4 bintang)
Peta Surakarta (Solo)


HARI KELIMA
29/11/2011-Selasa :  Solo Tour & Depature (B)
Western Hotel Solo (Surakarta)
  • Sarapan pagi di Hotel Western, Primier Surakarta (Solo)
  • Lawatan ulangan ke Pasar Klewer  menaiki beca
  • Puter-puter sekitar bandar  Solo menggunakan beca
  • Check out Hotel.
  • Bertolak ke Lapangan Terbang Solo
  • Terbang dari Solo ke LCCT Kuala Lumpur.


CHACHA Tours & Travel
YOGYAKARTA
TELP : 0274- 895944 - 895836
FAX : 0274 - 897971
YM hotel : chacha_tour & chachatour
YM tour : tourdept_chacha

Penyelaras Program
Muhammad Amin bin Simon
019-7825859
Batu Pahat, Johor.

Friday 14 October 2011

Itinerari-Tanjung Balai




JOM KITA JALAN-JALAN SEHARI KE TANJUNG BALAI, INDONESIA                                                                
Rabu 26 Oktober 2011                                                                 
(Cuti Deepavali) 
                                                      
RM190.00 (tambang bas + tambang feri + tambang van + tax pelabuhan).
Itinerari:                       5.00 pg – bas bertolak dari Batu Pahat (berkumpul di IPTHO)
                                    8.00 pg – menaiki Feri Tuah di Jeti Kukup
                                    9.00 pg – 4.00 ptg bersiar-siar di Tanjung Balai (van)
                                    5.00 ptg – menaiki feri di Jeti Tanjung Balai
                                    6.00 ptg – bas bertolak balik ke Batu Pahat

Senarai peserta:
Bil
Peserta
1
JAMAL MOHD NASIR BIN ATAN
2
SERAPAH BT SAPIAN
3
NORMAH BT MAT DAUT
4
ALI BIN SURADIN
5
NORASIKIN BT ISMAIL
6
MAHAT BIN IBRAHIM
7
SALEHA BT HJ MOHAMED
8
BADARIAH BT. MOHAMED
9
MAHALI BIN MARWAN
10
MAZNI BT MOHD SALLEH
11
MOHD LAZIM BIN AMIN
12
MOHAMAD AMIRUL BAKHRIN BIN  MOHD LAZIM
13
MOHAMAD AZMIL BAKHTIAR BIN MOHD LAZIM
14
MAZIDATUL ADAWIYAH BALQUISH BIN MOHD LAZIM
15
MUHAMMAD AMIN BIN SIMON
16
SHAMSIAH BINTI SIDEK
17
NUR FARAHIN BINTI MUHAMMAD AMIN
18
MANAN BIN SARBANI
19
FADHILAH BT ASPAR
20
OMAR BIN ZAKARIA
21
ZALEKHA BT BABA
22
TOKIAP BIN TOKIMIN
23
SITI KHADIJAH BT HUSAIN
24
MAAROF BIN TALMAN
25
MOHAMAD BAHTIAR B ROSLAN
26
SUZANAH BT MOHAMAT
27
JUNAIDAH BT LEAT
28
SUJINAH BINTI ASMAT
29
NORAINI BINTI SALIM
30
KHARIL BIN SULAIMAN
31
MASITA BT AZIZ
32
FATIMAH BT YAACOB
33
MOHD SALLEH BIN KAIMI
34
ZULKEFLI BIN DAUD
35
ZAINAB BT ARI